NOVITA PUTRI UNTARI
2014-020-043
Teknik Optimisasi
Untuk
menjawab pertanyaan berapa besarnya laba yang layak untuk ditentukan oleh
perusahaan, maka perlu melakukan penghitungan penentuan laba dengan teknik
optimisasi (optimization technique).
Teknik
ini merupakan aplikasi dari teori ekonomi yang digunakan sebagai ilmu
pengambilan keputusan bagi manajer agar mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Teknik optimisasi sendiri beragam, antara lain: teknik Optimasi dengan
Kalkulus, Optimisasi Multivariate, Optimisasi Terkendala (constrained
optimization).
1.
Teknik optimisasi
dengan kalkulus (optimization with calculus).
Sebagaimana namanya, teknik ini menggunakan
perhitungan-perhitungan matematis (kalkulus).
Teknik ini digunakan untuk:
a)
menentukan nilai maksimum
atau minimum output produksi yang dapat menciptakan laba maksimal. Caranya
adalah menggunakan turunan atau derivasi tingkat satu dari suatu fungsi,
b)
membedakan antara nilai maksimum dan minimum. Caranya
adalah dengan menggunakan turunan atau derivasi tingkat kedua.
Contoh:
Manajer suatu perusahaan tentu ingin perlu menghitung berapa laba
maksimal yang dapat dicapai. Maka untuk menentukan laba maksimum tentu perlu
menentukan berapa nilai revenue maksimum dan nilai cost minimum. Misalnya suatu
perusahaan mempunyai fungsi permintaan TR= 100Q – 10Q2 .
Caranya adalah menderivasi fungsi TR tersebut hingga
nilai derivasi atas fungsi tersebut sama dengan nol (0).
TR= 100Q – 10Q2 diderivasi menjadi:
karena syaratnya turunan harus nol,
maka:
0 = 100-20Q
20Q = 100
Q = 5
Artinya, total penghasilan adalah 5 unit.
Karena dihadapkan pada
pertanyaan apakah laba sebesar 5 unit tersebut merupakan nilai minimum atau
maksimum, maka perlu mencari jawabannya dengan meneruskan perhitungan hingga
turunan kedua (second derivative). Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa
turunan kedua ini berfungsi untuk membedakan antara nilai maksimum dan nilai
minimum.
Jika, TR= 100Q – 10Q2 diturunkan
I menjadi
turunan I
maka perlu diturunkan lagi menjadi:
Ada ketentuan yang berkaitan dengan turunan kedua, yaitu jika nilai
turunannya bernilai positif (+) berarti nilai tersebut adalah nilai minimum.
Sebaliknya, jika nilai turunannya bernilai negatif (-) berarti nilai tersebut
adalah nilai maksimum.
Karena nilai turunan kedua bertanda negatif (-20) dan turunan pertamanya
sebesar Q=5, maka berarti, atas fungsi tersebut laba minimumnya berada pada 5
unit. Jika produksinya
dikurangi hingga kurang dari 5 unit maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Tentu saja produksi harus ditentukan di atas 5 unit.
Contoh II
Jika fungsi TR = 45 Q – 0,5 Q2
Maka berapa tingkat labanya dapat
ditentukan, yaitu:
jadi, Q = 45
Artinya, laba maksimal berada
pada nilai Q = 45. Dengan demikian, jika perusahaan memproduksi melebihi 45
unit, perusahaan akan mengalami laba yang semakin berkurang. Ini berarti berlaku law of deminishing return.
Contoh lain: (dengan menggunakan fungsi marginal cost).
MC = 3Q2 –16Q + 57
jadi, Q = 2,66
Artinya, laba minimum dicapai pada Q = 2,66.
2.
Optimasi Multivariat
(Multivariate optimization).
Optimisasi
multivariate merupakan proses penentuan nilai maksimum atau minimum atas suatu
fungsi yang memiliki dua atau lebih variabel. Langkah yang perlu ditempuh
adalah terlebih dahulu melakukan derivasi secara partial dan kemudian
mengujinya dengan melalui proses maksimisasi fungsi multivariabel. Oleh karena
itu sering disebut partial derivative.
Contoh-contoh
yang di bahas di atas masih mengasumsikan variabel dependen hanya dipengaruhi
oleh satu variabel saja. Padahal dalam realita, hubungan ekonomi seringkali
menunjukkan bahwa satu variabel dependen dapat dipengaruhi oleh dua variabel
bebas sekaligus atau bahkan lebih. Sebagai contoh, total revenue mungkin saja
dipengaruhi (atau fungsi dari) output dan advertising secara sekaligus. Total
cost dapat saja dipengaruhi oleh pengeluaran atas biaya tenaga kerja dan juga
kapital. Atau, total profit mungkin dipengaruhi oleh penjualan barang X dan Y
sekaligus.
Asumsi
fungsi seperti itu penting sekali untuk menentukan efek marginal pada variabel
terikat. Efek marginal ini perlu diukur dengan partial derivative. Yang
disimbolkan dengan (untuk membedakan dengan derivasi di
atas yang disimbolkan dengan d). Pada partial derivative ini yang diderivasikan
adalah variabel terikat, bukan variabel bebas.
Sebagai
contoh, anggap saja total profit () merupakan fungsi dari (dipengaruhi oleh komoditi
X dan Y, yang dapat ditulis sebagai berikut:
= f (X, Y) = 80X-2X2-XY-3Y2+100Y
untuk
mendapat partial derivative dari maka perlu diderifikasikan dengan X (x) dan Y dianggap tetap.
Ini bertujuan untuk mengisolasi efek
marjinal pada profit dari perubahan jumlah penjualan komoditi X saja (makanya Y
dianggap tetap). Kemudian lakukan juga pengisolasian efek marginal profit atas
Y.
Setelah tahapan itu selesai maka perlu
dilanjutkan dengan memaksimisasi atau meminimisasi fungsi multivariabel. Untuk
memaksimisasi atau meminimisasi fungsi multivariabel perlu masing-masing partial derivative dipersamakan
dengan nol (0) yang dilanjutkan dengan mencari nilai masing-masing variabel.
= 80X-2X2-XY-3Y2+100Y
disubstitusikan dengan model seperti
ini:
80 -
4X – Y = 0
-X -
6Y + 100 = 0
agar
nilai X dapat diketahui, maka persamaan yang atas dikalikan dengan -6 menjadi:
-480
+ 24X + 6 Y = 0
100 -
X - 6Y = 0
-380
+ 23 X = 0
jadi X = 380/23 = 16,52. Nilai X ini disubstitusikan ke persamaan Y hingga
menjadi:
80 -
4(16,52)-Y = 0
jadi
Y = 80 – 66.08 = 13,92
Dengan
demikian, perusahaan akan mengalami profit maksimal ketika menjual 16,52 unit
komoditi X dan 13,92 unit komoditi Y. Besarnya total maksimal profit dapat
diketahui dengan mensubstitusikan nilai X dan Y ke dalam persamaan profit.
= 80(16,52) – 2(16,52)2-
(16,52)(13,92) – 3(13,92)2 + 100(13,92)
= 1.356,52
3. Constrained Optimization
Dua teknik optimisasi yang telah di bahas
di atas adalah menggunakan asumsi tidak ada kendala. Padahal, dalam praktik
manajerial sangat mungkin untuk timbulnya kendala. Sehingga keinginan untuk
memaksimisasi profit juga tidak sesuai yang diharapkan. Kendala-kendala
tersebut dapat berupa terbatasnya kapasitas produksi, tidak tersedianya tenaga
terampil, kelangkaan bahan baku, adanya masalah legal, konflik dengan
lingkungan, dan sebagainya. Untuk menghitung optimisasi profit dalam kondisi
terkendala, maka dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu, dengan
optimasi terkendala biasa atau dengan metode lagrangian multiplier.
Misalnya, perusahaan ingin
memaksimisasi profit dengan fungsi seperti yang dibahas di atas
= 80X-2X2-XY-3Y2+100Y
tetapi
menghadapi kendala bahwa output komoditi X dan Y harus berjumlah 12. Kalau
ditulis dalam persamaan menjadi X+Y = 12
Menghadapi
masalah seperti itu, maka perlu ditentukan dulu nilai salah satu variabel,
apakah X atau Y terlebih dulu. Anggap saja yang dicari terlebih dulu adalah
nilai X, maka:
X =
12-Y
Nilai
ini kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan fungsi profit.
= 80(12-Y)-2(12-Y)2-(12-Y)Y-3Y2+100Y
= 960 – 80Y – 2(144-24Y+Y2) – 12Y
+ Y2 – 3Y2 + 100Y
= 960 – 80Y – 288 + 48Y – 2Y2 –
12Y + Y2 – 3Y2 + 100Y
= -4Y2 + 56Y + 672
Untuk
memaksimisasi fungsi profit terkendala di atas, maka hasil tersebut diderivasi
tingkat pertama, menjadi:
jadi nilai Y
diketahui, yaitu Y = 7. Nilai Y ini di substitusikan ke dalam kendala, sehingga
nilai X diketahui, yaitu X = 5
X
= 12 - 7 = 5. Artinya, perusahaan akan mengalami profit maksimum ketika menjual
komoditi X sebanyak 5 unit dan komoditi Y sebanyak 7 unit. Dengan demikian
total profitnya akan dapat diketahui, yaitu:
= 80(5) – 2(5)2 – (5)(7) –
3(7)2 + 100(7)
= 868
Apabila
dibandingkan dengan kondisi tanpa kendala yang besarnya mencapai 1.356,52, maka
dengan kendala profitnya menjadi lebih kecil.
Metode Lagrangian Multiplier
Cara
yang baru saja dibahas ini, dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang agak
berbeda, yaitu metode lagrangian multiplier. Metode ini mempunyai ciri khas
yaitu: 1) penggunaan persamaan fungsi lagrangian yang disimbolkan dengan L mewakili variabel dependen. 2) penggunaan simbol (lambda) yang digunakan sebagai representasi kendala, yang sekaligus
digabungkan ke dalam persamaan fungsi lagrangian. 3) nilai kendalanya
dipersamakan dengan nol terlebih dulu.
Sebagai
contoh, dengan mengulang persamaan fungsi profit yang dibahas di atas
= 80X-2X2-XY-3Y2+100Y
dan kendala yang tetap sama, yaitu X+Y=12, dengan menggunakan fungsi lagrangian
akan dipersamakan dengan nol menjadi:
X+Y-12
= 0
maka
dengan menggunakan metode lagrangian multiplier ini akan dituliskan menjadi
sebagai berikut:
L = 80X-2X2-XY-3Y2+100Y+(X+Y-12)
Untuk
mendapatkan nilai maksimisasi profit, maka perlu dilakukan partial derivative
atas Ldengan variabel X,Y, dan secara bergantian. Hasil dari partial
derivative tersebut masing-masing perlu dipersamakan dengan nol.
100-X-6Y+= 0 dikalikan -1 menjadi
-100+X+6Y-= 0
80-4X-Y+ = 0
-20-3X+5Y = 0
untuk dapat disubstraksi dengan X+Y-12=0, maka angka ini
dimultiplikasi dengan angka 3 hingga menjadi:
3X+3Y-36=
0
-3X+5Y-20= 0
8Y-56 = 0
dengan
demikian nilai Y diketahui, yaitu 56/8=7. Nilai X juga menjadi diketahui, yaitu
X+7-12=0; jadi X=5. Nilai juga diketahui, yaitu = 868.
= 80(5) – 2(5)2 – (5)(7) –
3(7)2 + 100(7)
= 868
Dengan
diketemukannya nilai X, Y, , maka nilai juga dapat diketahui. Caranya dengan memasukkan angka-angka tersebut ke
dalam salah satu persamaan yang mengandung unsur . Misalnya
hendak dimasukkan ke dalam persamaan
nilai l ini penting untuk dterjemahkan. Nilai ini merupakan efek
marginal yang menunjukkan besarnya nilai perubahan profit akibat adanya
perubahan pada kendala. Dengan nilai tersebut dapat diartikan bahwa jika kendala
berkurang sebesar 1 unit, maka profit akan meningkat sbesar 53 rupiah.
Sebaliknya jika kendala meningkat 1 unit, maka profit akan berkurang sebesar 53
rupiah.
Referensi: Supawi Pawenang, 2016, Modul Akutansi Biaya UNIBA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar