Selasa, 11 April 2017

NAMA   : NOVITA PUTRI UNTARI
KELAS/ NIM  : B1/ 2017020043
A.     Rangkuman materi
BAB III
MODEL REGRESI DENGAN DUA VARIABEL

Bentuk model
Fungsi regresi yang menggunakan data populasi (FRP) umumnya menuliskan simbol konstanta dan koefisien regresi dalam huruf besar, sebagai berikut:
Y = A + BX +          ……….. (pers.3.1)
Fungsi regresi yang menggunakan data sampel (FRS) umumnya menuliskan simbol konstanta dan koefien regresi dengan huruf kecil, seperti contoh sebagai berikut:
Y = a + bX + e                                    ……….. (pers.3.2)
Dimana:
A      atau a; merupakan konstanta atau intercept
B        atau  b;  merupakan  koefisien  regresi,  yang  juga menggambarkan tingkat elastisitas variabel independen
Y    merupakan variabel dependen
 X   merupakan variabel independen

Notasi a dan b merupakan perkiraan dari A dan B. Huruf a, b, disebut sebagai estimator atau statistik, sedangkan nilainya disebut sebagai estimate atau nilai perkiraan.
Meskipun penulisan simbol konstanta dan koefisien regresinya agak berbeda, namun penghitungannya menggunakan metode yang sama, yaitu dapat dilakukan dengan metode kuadrat terkecil biasa (ordinary least square), atau dengan metode Maximum Likelihood.
Metode Kuadrat Terkecil Biasa Ordinary Least Square (OLS)
Penghitungan konstanta (a) dan koefisien regresi (b) dalam suatu fungsi regresi linier sederhana dengan metode OLS dapat dilakukan dengan rumus-rumus sebagai berikut:
Rumus Pertama (I)
Mencari nilai b:
            b = n (å XY )- (å X )(åY )
                     
n (å X 2 )- (å X )2
mencari nilai a:
a = åY - b.å X
               n
Rumus kedua (II)
Mencari nilai b:
b = å xy
å x2
mencari nilai a:
a =Y - b X
Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam OLS ada 3 asumsi, yaitu:
1). Asumsi nilai harapan bersyarat (conditional expected value) dari ei, dengan syarat X sebesar Xi, mempunyai nilai nol.
2). Kovarian ei dan ej mempunyai nilai nol. Nilai nol dalam asumsi ini menjelaskan bahwa antara ei dan ej tidak ada korelasi serial atau tida berkorelasi (autocorrelation).
3). Varian ei dan ej sama dengan simpangan baku (standar deviasi).

Prinsip-prinsip Metode OLS
Perlu diketahui bahwa dalam metode OLS terdapat prinsip-prinsip antara lain:
1.      Analisis dilakukan dengan regresi, yaitu analisis untuk menentukan hubungan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Regresi sendiri akan menghitung nilai a, b, dan e (error), oleh karena itu dilakukan dengan cara matematis.
2.      Hasil regresi akan menghasilkan garis regresi. Garis regresi ini merupakan representasi dari bentuk arah data yang diteliti. Garis regresi disimbolkan dengan Yˆ (baca: Y topi, atau Y cap), yang berfungsi sebagai Y perkiraan. Sedangkan data disimbolkan dengan Y saja.

Ingat Elastisitas
Jenis
Koefisien
Sifat Elastisitas
Elastisitas
Elastisitas

Elastik
E > 1
Perubahan yang terjadi pada variabel


bebas diikuti dengan perubahan yang


lebih besar pada variabel terikat
Elastik
E = 1
Perubahan yang terjadi pada variabel
Unitary

bebas diikuti dengan perubahan yang


sama besar pada variabel terikat
Inelastik
E < 1
Perubahan yang terjadi pada variabel


bebas diikuti dengan perubahan yang


lebih kecil pada variabel terikat

Tanda (+) pada koefisien regresi menunjukkan hubungan yang searah. Artinya, jika variabel bebas meningkat, maka variabel terikat juga meningkat. Demikian pula sebaliknya. Tanda (-) pada koefisien regresi menunjukkan hubungan yang berlawanan. Artinya, jika variabel bebas meningkat, maka variabel terikat akan menurun. Demikian pula sebaliknya.
Menguji Signifikansi Parameter Penduga
Seperti dijelaskan di muka, dalam persamaan fungsi regresi OLS variabelnya terbagi menjadi dua, yaitu: variabel yang disimbolkan dengan Y (yang terletak di sebelah kiri tanda persamaan) disebut dengan variabel terikat (dependent variable). Variabel yang disimbolkan dengan X (disebelah kanan tanda persamaan) disebut dengan variabel bebas (independent variable). Utamanya
metode OLS ditujukan tidak hanya menghitung berapa besarnya a atau b saja, tetapi juga digunakan pula untuk menguji tingkat signifikansi dari variabel X dalam mempengaruhi Y.
Pengujian signifikansi variabel X dalam mempengaruhi Y dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) pengaruh secara individual, dan 2) pengaruh secara bersama -sama. Pengujian signifikansi secara individual pertama kali dikembangkan oleh R.A. Fisher, dengan alat ujinya menggunakan pembandingan nilai statistik t dengan nilai t tabel. Apabila nilai statistik t lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel, maka variabel X dinyatakan signifikan mempengaruhi Y. Sebaliknya, jika nilai statistik t lebih kecil dibanding dengan nilai t tabel, maka variabel X dinyatakan tidak signifikan mempengaruhi Y. Metode dengan membandingkan antara nilai statistik (nilai hitung) dengan nilai tabel seperti itu digunakan pula pada pengujian signifikansi secara serentak atau secara bersama-sama. Hanya saja untuk pengujian secara bersama- sama menggunakan alat uji pembandingan nilai F. Hal Pengujian ini dikembangkan oleh Neyman dan Pearson.
Hal mendasar yang membedakan antara penggunaan uji t dan uji F terletak pada jumlah variabel bebas yang diuji signifikansinya dalam mempengaruhi Y. Jika hanya menguji signifikansi satu variabel bebas saja, maka yang digunakan adalah uji t. Oleh karena itu disebut sebagai uji signifikansi secara individual. Sedangkan pengujian signifikansi yang menggunakan lebih dari satu variabel bebas yang diuji secara bersama-sama dalam mempengaruhi Y, maka alat ujinya adalah menggunakan uji F. Sebagai perbandingan antara penggunaan uji t dan uji F dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 2. Pembandingan antara uji t dan uji F
Hal yang dibandingkan
Uji t
Uji F
Penemu
R.A. Fisher
Neyman, Pearson
Signifikan
t hitung > t tabel
F hitung > F tabel
Tidak signifikan
t hitung < t tabel
F hitung < F tabel
Pengujian
Individual
Serentak
Banyaknya variabel
Satu
Lebih dari satu
Uji t
Untuk menguji hipotesis bahwa b secara statistik signifikan, perlu terlebih dulu menghitung standar error atau standar deviasi dari b. Berbagai software komputer telah banyak yang melakukan penghitungan secara otomatis, tergantung permintaan dari user. Namun perlu bagi kita untuk mengetahui formula dari standar error dari b, yang ternyata telah dirumuskan sebagai berikut:


ˆ 2

Sb =
å(Yt  - Yt )

(n - k )å(X t  -

)2

X

Atau dapat ditulis pula dengan rumus sebagai berikut:




Sb =
ået2

(n - k )å(X t  -

)2

X

Dimana:




Yt dan Xt adalah data variabel dependen dan independen pada periode t
Yˆt  adalah nilai variabel dependen pada periode t yang didapat dari perkiraan garis regresi
X merupakan nilai tengah (mean) dari variabel independen e atau Yt  Yˆt merupakan error term
n adalah jumlah data observasi
k adalah jumlah perkiraan koefisien regresi yang meliputi a dan b
(n-k) disebut juga dengan degrees of freedom (df).

Guna menghitung standar deviasi dari data yang tersedia berdasar rumus diatas, maka diperlukan menghitung            nilai     Yˆt        terlebih dulu, untuk mempermudah penghitungan e atau Yt  Yˆt .
 Caranya adalah memasukkan nilai X ke dalam hasil regresi yang di hasilkan di atas. Dengan demikian tabel data akan menghasilkan kolom Yˆt sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini.
Bantuan dengan SPSS
·      Uji t dapat dilihat dalam output hasil regresi dengan SPSS pada tabel Coefficient.
·      Uji F dapat dilihat dalam output hasil regresi dengan SPSS pada tabel ANOVA.
·      Kolom Sig. baik pada tabel Coefficient maupun ANOVA menunjukkan tingkat signifikansi pada derajat kesalahan () tertentu. Misal, kolom Sig. menunjukkan angka 0,04 itu berarti bahwa tingkat kesalahannya mencapai 4%. Angka sebesar itu dapat dikatakan signifikan jika derajat kesalahan () telah ditentukan sebesar 0,05. Tetapi jika ditentukan 0,01 maka angka tersebut tidak signifikan.

Interpretasi Hasil regresi
Setelah tahapan analisis regresi dilakukan sesuai dengan teori-teori yang relevan, langkah terpenting berikutnya adalah menginterpretasi hasil regresi. Interpretasi yang dimaksudkan disini adalah mengetahui informasi-informasi yang terkandung dalam hasil regresi melalui pengartian dari angka -angka parameternya. Dengan mengambil hitungan dari contoh kasus di atas, maka hasil analisis regresi atas pengaruh variabel suku bunga (Budep) (X) terhadap tingkat inflasi di Indonesia selama 22 bulan mulai dari Januari 2001 hingga Oktober 2002 (Inflasi) (Y) dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut:
Inflasi = -9,5256 + 1,4498 Budep + e

thit =
(7,4348)
Koefisien Determinasi (R2)
Pembahasan hasil regresi di atas menunjukkan seberapa besar nilai a, b, dan t. Nilai a menjelaskan tentang seberapa besar faktor-faktor yang bersifat tetap mempengaruhi inflasi, sedangkan nilai b mencerminkan tingkat elastisitas variabel X. Nilai t sendiri mempertegas signifikan tidaknya variabel X dalam mempengaruhi Y. Dari beberapa nilai yang didapatkan tersebut, belum diperoleh keterangan tentang berapa besar pengaruh X (budep) terhadap Y (inflasi).
Sebagai ilustrasi, seandainya Y (inflasi) diibaratkan dengan gelas, dan variabel X (Budep) sebagai air, maka hitungan-hitungan yang dilakukan di atas belum mampu memberikan informasi tentang seberapa banyak air yang ada dalam gelas tersebut. Untuk memperoleh keterangan banyaknya isi (air) yang ada dalam gelas, atau seberapa besar pengaruh X (Budep) terhadap Y (Inflasi), maka perlu dilakukan penghitungan koefisien determinasi, yang biasa disimbolkan dengan R2 (baca: R square).
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu (0<R2<1). Nilai R2 yang mendekati 0 (nol) menunjukkan kemampuan variabel -variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati angka 1 (satu) menunjukkan variabel-variabel independen memuat hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Dengan kalimat lain dapat dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) adalah angka yang menunjukkan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variasi variabel independen. Juga, dapat digunakan sebagai ukuran ketepatan dalam menentukan prediktor. Artinya, R2 menunjukkan seberapa besar sumbangan X terhadap Y.
Bantuan dengan SPSS

·      R2 (baca: R square) atau koefisien determinasi dapat dilihat dalam output hasil regresi dengan SPSS pada tabel model summary.
·      Misalkan angka R2 menunjukkan angka 0.734 menunjukkan arti bahwa determinasi dari variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 73,4%.
·      Ibarat air dalam gelas, variabel terikat (Y) adalah gelasnya dan air adalah variabel bebasnya (X). Terkait dengan angka 0,734 maka air dalam gelas adalah sebanyak 73,4% dari gelas tersebut.

Analisis regresi pada dasarnya adalah menjelaskan berapa besar pengaruh tingkat signifikansi variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Meskipun hasil regresi seperti tertera pada persamaan di atas telah dapat diinterpretasi, dan dapat menunjukkan inti tujuan analisis regresi, namun bukan berarti bahwa tahapan analisis telah selesai hingga di sini. Hasil regresi di atas masih perlu dipastikan apakah besarnya nilai thit ataupun angka-angka parameter telah valid ataukah masih bias.
Jika nilai -nilai tersebut sudah dapat dipastikan valid atau tidak bias, memang analisis regresi dapat berhenti di sini saja. Tetapi, jika nilai-nilai belum dapat dipastikan valid, maka perlu dilakukan langkah-langkah analisis lanjutan untuk menjadikan parameter-parameter tersebut menjadi valid. Validitas (ketidakbiasan) informasi dari nilai-nilai hasil regresi dapat diketahui dari terpenuhinya asumsi-asumsi klasik, yaitu jika data variabel telah terbebas dari masalah Autokorelasi, tidak ada indikasi adanya heteroskedastisitas, maupun tidak terjadi multikolinearitas atau saling berkolinear antar variabel. Bahasan Asumsi Klasik akan dibahas tersendiri.

B.       Simpulan

Bentuk model
Fungsi regresi yang menggunakan data populasi (FRP) umumnya menuliskan simbol konstanta dan koefisien regresi dalam huruf besar, sebagai berikut:
Y = A + BX + e          ……….. (pers.3.1)
Fungsi regresi yang menggunakan data sampel (FRS) umumnya menuliskan simbol konstanta dan koefien regresi dengan huruf kecil, seperti contoh sebagai berikut:
Y = a + bX + e……….. (pers.3.2)
Metode Kuadrat Terkecil Biasa Ordinary Least Square (OLS)
Penghitungan konstanta (a) dan koefisien regresi (b) dalam suatu fungsi regresi linier sederhana dengan metode OLS dapat dilakukan dengan rumus-rumus sebagai berikut:
Rumus Pertama (I)
Mencari nilai b:
            b = n (å XY )- (å X )(åY )
                     
n (å X 2 )- (å X )2
mencari nilai a:
a = åY - b.å X
               n
Rumus kedua (II)
Mencari nilai b:
b = å xy
å x2
mencari nilai a:
a =Y - b X
Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam OLS ada 3 asumsi, yaitu:
1). Asumsi nilai harapan bersyarat (conditional expected value) dari ei, dengan syarat X sebesar Xi, mempunyai nilai nol.
2). Kovarian ei dan ej mempunyai nilai nol. Nilai nol dalam asumsi ini menjelaskan bahwa antara ei dan ej tidak ada korelasi serial atau tida berkorelasi (autocorrelation).
3). Varian ei dan ej sama dengan simpangan baku (standar deviasi).

Prinsip-prinsip Metode OLS
Perlu diketahui bahwa dalam metode OLS terdapat prinsip-prinsip antara lain:
1.        Analisis dilakukan dengan regresi, yaitu analisis untuk menentukan hubungan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Regresi sendiri akan menghitung nilai a, b, dan e (error), oleh karena itu dilakukan dengan cara matematis.
2.        Hasil regresi akan menghasilkan garis regresi. Garis regresi ini merupakan representasi dari bentuk arah data yang diteliti. Garis regresi disimbolkan dengan Yˆ (baca: Y topi, atau Y cap), yang berfungsi sebagai Y perkiraan. Sedangkan data disimbolkan dengan Y saja.

Ingat Elastisitas
Jenis
Koefisien
Sifat Elastisitas
Elastisitas
Elastisitas

Elastik
E > 1
Perubahan yang terjadi pada variabel


bebas diikuti dengan perubahan yang


lebih besar pada variabel terikat
Elastik
E = 1
Perubahan yang terjadi pada variabel
Unitary

bebas diikuti dengan perubahan yang


sama besar pada variabel terikat
Inelastik
E < 1
Perubahan yang terjadi pada variabel


bebas diikuti dengan perubahan yang


lebih kecil pada variabel terikat

Menguji Signifikansi Parameter Penduga
Seperti dijelaskan di muka, dalam persamaan fungsi regresi OLS variabelnya terbagi menjadi dua, yaitu: variabel yang disimbolkan dengan Y (yang terletak di sebelah kiri tanda persamaan) disebut dengan variabel terikat (dependent variable). Variabel yang disimbolkan dengan X (disebelah kanan tanda persamaan) disebut dengan variabel bebas (independent variable). Utamanya
Tabel. 2. Pembandingan antara uji t dan uji F
Hal yang dibandingkan
Uji t
Uji F
Penemu
R.A. Fisher
Neyman, Pearson
Signifikan
t hitung > t tabel
F hitung > F tabel
Tidak signifikan
t hitung < t tabel
F hitung < F tabel
Pengujian
Individual
Serentak
Banyaknya variabel
Satu
Lebih dari satu
Uji t
Untuk menguji hipotesis bahwa b secara statistik signifikan, perlu terlebih dulu menghitung standar error atau standar deviasi dari b. Berbagai software komputer telah banyak yang melakukan penghitungan secara otomatis, tergantung permintaan dari user. Namun perlu bagi kita untuk mengetahui formula dari standar error dari b, yang ternyata telah dirumuskan sebagai berikut:


ˆ 2

Sb =
å(Yt  - Yt )

(n - k )å(X t  -

)2

X

Atau dapat ditulis pula dengan rumus sebagai berikut:




Sb =
ået2

(n - k )å(X t  -

)2

X






Bantuan dengan SPSS
·      Uji t dapat dilihat dalam output hasil regresi dengan SPSS pada tabel Coefficient.
·      Uji F dapat dilihat dalam output hasil regresi dengan SPSS pada tabel ANOVA.
·      Kolom Sig. baik pada tabel Coefficient maupun ANOVA menunjukkan tingkat signifikansi pada derajat kesalahan () tertentu. Misal, kolom Sig. menunjukkan angka 0,04 itu berarti bahwa tingkat kesalahannya mencapai 4%. Angka sebesar itu dapat dikatakan signifikan jika derajat kesalahan () telah ditentukan sebesar 0,05. Tetapi jika ditentukan 0,01 maka angka tersebut tidak signifikan.

Interpretasi Hasil regresi
Setelah tahapan analisis regresi dilakukan sesuai dengan teori-teori yang relevan, langkah terpenting berikutnya adalah menginterpretasi hasil regresi. Interpretasi yang dimaksudkan disini adalah mengetahui informasi-informasi yang terkandung dalam hasil regresi melalui pengartian dari angka -angka parameternya. Dengan mengambil hitungan dari contoh kasus di atas, maka hasil analisis regresi atas pengaruh variabel suku bunga (Budep) (X) terhadap tingkat inflasi di Indonesia selama 22 bulan mulai dari Januari 2001 hingga Oktober 2002 (Inflasi) (Y) dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut:
Inflasi = -9,5256 + 1,4498 Budep + e

thit =
(7,4348)
Koefisien Determinasi (R2)
Pembahasan hasil regresi di atas menunjukkan seberapa besar nilai a, b, dan t. Nilai a menjelaskan tentang seberapa besar faktor-faktor yang bersifat tetap mempengaruhi inflasi, sedangkan nilai b mencerminkan tingkat elastisitas variabel X. Nilai t sendiri mempertegas signifikan tidaknya variabel X dalam mempengaruhi Y. Dari beberapa nilai yang didapatkan tersebut, belum diperoleh keterangan tentang berapa besar pengaruh X (budep) terhadap Y (inflasi).
Sebagai ilustrasi, seandainya Y (inflasi) diibaratkan dengan gelas, dan variabel X (Budep) sebagai air, maka hitungan-hitungan yang dilakukan di atas belum mampu memberikan informasi tentang seberapa banyak air yang ada dalam gelas tersebut. Untuk memperoleh keterangan banyaknya isi (air) yang ada dalam gelas, atau seberapa besar pengaruh X (Budep) terhadap Y (Inflasi), maka perlu dilakukan penghitungan koefisien determinasi, yang biasa disimbolkan dengan R2 (baca: R square).
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu (0<R2<1). Nilai R2 yang mendekati 0 (nol) menunjukkan kemampuan variabel -variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati angka 1 (satu) menunjukkan variabel-variabel independen memuat hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Dengan kalimat lain dapat dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) adalah angka yang menunjukkan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variasi variabel independen. Juga, dapat digunakan sebagai ukuran ketepatan dalam menentukan prediktor. Artinya, R2 menunjukkan seberapa besar sumbangan X terhadap Y.
Bantuan dengan SPSS
·      R2 (baca: R square) atau koefisien determinasi dapat dilihat dalam output hasil regresi dengan SPSS pada tabel model summary.
·      Misalkan angka R2 menunjukkan angka 0.734 menunjukkan arti bahwa determinasi dari variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 73,4%.
·      Ibarat air dalam gelas, variabel terikat (Y) adalah gelasnya dan air adalah variabel bebasnya (X). Terkait dengan angka 0,734 maka air dalam gelas adalah sebanyak 73,4% dari gelas tersebut.

Analisis regresi pada dasarnya adalah menjelaskan berapa besar pengaruh tingkat signifikansi variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Meskipun hasil regresi seperti tertera pada persamaan di atas telah dapat diinterpretasi, dan dapat menunjukkan inti tujuan analisis regresi, namun bukan berarti bahwa tahapan analisis telah selesai hingga di sini. Hasil regresi di atas masih perlu dipastikan apakah besarnya nilai thit ataupun angka-angka parameter telah valid ataukah masih bias.
Jika nilai -nilai tersebut sudah dapat dipastikan valid atau tidak bias, memang analisis regresi dapat berhenti di sini saja. Tetapi, jika nilai-nilai belum dapat dipastikan valid, maka perlu dilakukan langkah-langkah analisis lanjutan untuk menjadikan parameter-parameter tersebut menjadi valid. Validitas (ketidakbiasan) informasi dari nilai-nilai hasil regresi dapat diketahui dari terpenuhinya asumsi-asumsi klasik, yaitu jika data variabel telah terbebas dari masalah Autokorelasi, tidak ada indikasi adanya heteroskedastisitas, maupun tidak terjadi multikolinearitas atau saling berkolinear antar variabel. Bahasan Asumsi Klasik akan dibahas tersendiri.

C.     Penjelasan dari pertanyaan
a.       Regresi linier sederhana adalah model yang menunjukkan linieritas dalam variabel maupun lineraitas dalam data, biasanya sebaran datanya dalam scatter plot menunjukkan sebaran data yang mendekati garis lurus.
b.      Model regresi linier sederhana:
Persamaan matematis: Y= a+ bX
Persamaan ekonometrika: Y= b0 + b1X+e
c.       Arti notasi dari bentuk regresi di atas:
A atau a; merupakan konstanta atau intercept
B atau  b;  merupakan  koefisien  regresi,  yang  juga menggambarkan tingkat elastisitas variabel independen
Y merupakan variabel dependen
X merupakan variabel independen
d.      Informasi yang dapat diungkap pada kostanta tersebut adalah meskipun penulisan simbol konstanta dan koefisien regresinya agak berbeda, namun penghitungannya menggunakan metode yang sama, yaitu dapat dilakukan dengan metode kuadrat terkecil biasa (ordinary least square), atau dengan metode Maximum Likelihood.
e.       Informasi yang dapat diungkap pada koefisien regresi adalah banyak sekali variabel-variabel bebas yang lain yang dianggap bersifat tetap.
f.       Kegunaan standar error Sb adalah untuk menguji hipotesis standar error atau standar devisiasi b secara statistik signifikan.
g.      Kegunaan nilai t adalah untuk mengetahui signifikan tidaknya variabel X dalam mempengaruhi variabel Y.
h.      Cara menentukan nilai t yang signifikan adalah dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel, apabila nilai t hitung lebih besar dati t tabel maka hasilnya signifikan, begitu pula sebaliknya
i. Koefisien determinasi adalah alat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat


Referensi: Supawi Pawenang, 2017, Modul Akutansi Biaya UNIBA